Aristektur pada jaman bangunan
tradisonal tidak berpedoman pada hal mistis gaib atau magis.Mereka
lebih pintar dalam menganalisa permasalahan dan penanganan praktis
pada permasalahan pemukiman dan bangunan.Misalkan pada bangunan
istana atau rumah penduduk di Jawa.
kompleks Masjid Agung Yogyakarta
Bangunan nya selaras dan
logis.Rumah atau istana di jawa tengah
terbagi menjadi dua yaitu bagian pertama Dalem atau PetanenTempat
privasi bagi penghuni rumah..Bagian kedua yaitu pelataran,bagian luar
yang digunakan untuk aktivitas sosial dan untuk umum,dipelataran
terjadi pertemuan antara penghuni rumah dari “dalem” dengan
masyarakat.
Rumah tradisional jawa
Di Bali tempat itu(bagian pendhopo) ada
di muka candi bentar atau pintu gerbang halaman.digunakan untuk taun
rumah bertemu dengan tamu – tamunya dan tempat untuk pesta.
Dalem atau petanen artinya rumah sang
petani.artinya rumah itu milik para dewata tegasnya dewi sri (alias
dewi pratiwi).tempat ini digunakan untuk menyimpan harta pusaka yang
bersifat gaib dan juga untuk menyimpan hasil panen.Dalem atau petanen artinya rumah sang
petani.artinya rumah itu milik para dewata tegasnya dewi sri (alias
dewi pratiwi).tempat ini digunakan untuk menyimpan harta pusaka yang
bersifat gaib,hasil panen.Dan disitulah diadakan upacara adat dan
agama seperti khitanan,perkawinan.dalem terdapat senthong tengah,senthong tengen dan senthong kiwo.sentohng tengah yaitu merupakan ruang sakral yang sering digunakan untuk tempat melaksanakan upacara/ritual keluarga dan juga sebagai tempat untuk menyimpan benda pusaka dan hasil panen. sedangkan sentohng kiwo dan tengen sebagai tempat tidur keluarga.
Didalam tata bangunan Bali ,lebih tampak lagi hirarki dan kesinambungan dalam susunan arsitektur pelataran - pelataran muka,tengah ,dalam,yang dilindungi oleh pagar batuatau tanah liat dan dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh gerbang - gerbang berbentuk meru dan candi bentar.
Disini manusia diajak hidup berbudaya,melangkah dengan dari lapis yang rendah ke yang tinggi ,dari yang profan luar ke sakral suci,dengan persiapan psikologis yang ditata oleh para arsiteknya secara indah,sekaligus dalam maknyanya.
Didalam tata bangunan Bali ,lebih tampak lagi hirarki dan kesinambungan dalam susunan arsitektur pelataran - pelataran muka,tengah ,dalam,yang dilindungi oleh pagar batuatau tanah liat dan dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh gerbang - gerbang berbentuk meru dan candi bentar.
gerbang - gerbang berbentuk meru dan candi bentar.
Disini manusia diajak hidup berbudaya,melangkah dengan dari lapis yang rendah ke yang tinggi ,dari yang profan luar ke sakral suci,dengan persiapan psikologis yang ditata oleh para arsiteknya secara indah,sekaligus dalam maknyanya.
Pagar bumi mengekpresikan citra rasa kebudayaan tata ruang,tata suasana.
Dalam hubungan diatas,ada kekhususan bersama dari madagaskar samapai hawaii,dari jawa sampai jepang dan cina yang menarik, yakni perihal teknik pembangunan.Sistem dasarnya ialah sistem rumah panggung atau rumah kolong.rumah panggung benar - benar merupakan penyelesaian soal masalah alam yang tinggi.Pertama ,sehat .tidak langsung terkena kelembaban dan serangan binatang - binatang yang menganggu.Kedua , dari fisika bangunan.hal itu melindungi bangunan terhadap kelembaban tropikayang amat ganas dan mudah membusukan banguan.apalagi didaerah yang rawan banjir.selain rumah panggung kebal terhadap gempa bumi.
Sistem rumah panggung
Rumah adat dari kalimantan timur yang berbentuk rumah panggung.
Rumah adat banjarmasin kalimantan selatan
Rumah adat dayak yang berbentuk rumah panggung
Rumah adat suku banjar di kalimantan selatan yang berbentuk rumah panggung.
Rumah panggung Kalimantan. Tembus pandang di bawah panggung.
Rumah adat di batak yang berbentuk rumah panggung.Terdapat keserasian antara rumah-rumah
sebagai wilayah intim keluarga dengan pelataran kampung sebagai ruang saling
berkomunikasi.
Hikmah rumah panggung juga sangat dipahami oleh orang Barat.Mereka menemukan akal untuk menyelamatkan dan
menemukan kembali nilai-nilai persahabatan dengan alam, karena dengan sistem
rumah panggung permukaan bumi tidak hanya diduduki oleh massa-massa bangunan
yang membuat bumi menjadi sempit, pengap dan menyedihkan.Maka prinsip rumah panggung perlu kita
panggil kembali dalam arsitektur Indonesia, dengan memanfaatkan hikmah serta
keuntungan-keuntungan fisik serta teknisnya, dan sekaligus memodernkan
arsitektur Indonesia dalam kerangka kepribadian bangsa.
Rumah panggung dalam wujud modern
Gedung Bank di Jakarta yang dibangun oleh
Belanda pada hakikatnya berkiblat pada rumah panggung juga